Saturday, 26 February 2011

“ Wong Urip Sawang Sinawang “

Tadi malam saya dengan adik saya berkunjung ke seorang kenalan orang tua tetangga kami. Kunjungan tersebut atas undangan beliau untuk membantu beliau mengobati keluhan sakit yang mengganggu kesehatan beliau selama ini. Kami agak lambat samapai ke depan gerbang rumah beliau, yang dijanjikan jam 19.00 agra sudah berada di rumahnya. Pintu gerbang dalam keadaan tertutup, sudah dikunci oleh petugas jaganya, yang saat itu tidak berada terluhat disekitar pintu, kami putuskan untuk membunyikan klakson motor agar terdengar oleh siempunya rumah. “ Tiiiid..tiiid..”, suara klakson saya bunyikan beberapa kali ternyata belum ada juga yang keluar, maklumlah antara pintu gerbang dengan rumah sekitar 200 meteran jadi cukup jauh. “ Tiiid…tiiid “ terlihat dari kejauhan tuan rumah membuka pintu, berkata, “tungguuu, maaaf, pembantu lupa, pintu dah dikunci”. Rumah besar dengan pekarangan luas berlantai 2 , seluruh pekarangan berikut rumahnya total luas 5000 m2, luas sekali pikirku. Saya tahu itu semua karena surat2 rumah itu ada ditangan saya, beberapa waktu yang lalu beliau meinta jasa saya untuk menjualnya dengan harga permintaan dari beliau Rp.3M, jumlah yang cukup besar, maka hingga saat ini saya tidak mudah untuk mencarikan peminat rumah tersebut.
Setelah pintu gerbang dibuka kamipun segera masuk kehalaman untuk selanjutnya masuk ke dalam rumah setelah dipersilahkan oleh si empunya rumah. Setelah berada di ruang tamu kami dipersilahkan duduk. “Minumnya apa yah..?” ucap siempunya rumah memulai pembicaraan, “Sudah air putih saja Bu, gak usah repot2”. Setelah berbicara sejenak dan memperkenalkan adik saya yang akan mengobati beliau dengan cara pengobatan alternative akupresur dan doa, saya permisi memohon izin untuk merekam keadaan rumah tersebut dengan Hp saya, sebagai kelenggkapan data bila sewaktu-waktu diperlukan sebagai data untuk menawarkan pada peminat rumah tersebut. Si empunya rumah mempersilahkan, “ silahkan bebas aja kok” . Selanjutnya adik saya dengan beliau menyelesaikan kepentingannya yaitu pengobatan alternative dari mulai menegakan diagnose melaui anamnesa dan pemeriksaan fisik, kemudian diselesaikan dengan terapi. Setelah selesai terapi beliau berceritra pada kami mengapa rumah yang demikian mewah itu hendak dijual. “ Saya punya saudara 15 orang, mereka semua belum melaksanakan ibadah haji, saya ingin mereka semua dihajikan karena itu tuntutan mereka, pada saya sebagai satu-satunya orang yang paling berhasil di keluarga, namun tidak memiliki anak, mereka selalu berkata buat apa harta… kalau bukan untuk menolong keluarga” Demikian uaraian siempunya rumah pada kami, ditambah keluhan yang lebih banyak lagi yang intinya membuat beliau stress memikirkannya, karena rasanya ia sudah banyak membantu namun tetap saja mereka kurang berterimakasih. Saya berpikir kehidupan sudah demikian makmurnyapun menurut apa yang saya lihat, namun bagi yang merasakan malah banyak persoalan yang membuat diri stress serius dan mengakibatkan datangnya berbagai penyakit psikosomatis (sakit fisik oleh sebab gangguan psikis), yang asal muasalnya berangkat dari ketidakbahagian jiwa.
Hidup memang “ tawang sinawang “ (saling menyangka,red.) yang terlihat menurut kita sudah enak dan bahagia belum tentu bagi yang merasakannya, demikian sebaliknya mungkin kita melihat orang yang biasa saja, hidup sederhana, namun ternyata ia merasakan hidup lebih bahagia dengan kesederhanaannya itu. “ Ya Alloh berilah kami kehidupan yang baik….halal dan barokah” Sedulur tetaplah bersyukur jadi JM kita mendapat bagian yang terbaik sumber kebahagiaan yang lebih tinggi, yang dengannya kita mampu menerima segala resiko hidup, baik itu senang maupun tidak menyenangkan....

No comments:

Post a Comment