Wednesday, 9 February 2011

Bahayanya Syirik dan Bid’ah

Tatkala Allah telah menetapkan bahwa amalan seorang hamba hanya sah di sisi Allah sebagai sebuah ibadah ketika dilakukan dengan ikhlas dan Ittiba’. Maka Allah pun telah menetapkan bahwa ibadah seorang hamba akan sia-sia manakala dikerjakan tidak sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Al-Hadist dan atau terselip di hati hamba perbuatan syirik. Syirik dan Ikhlas, Bid’ah dan Ittiba’ adalah 2 hal yang saling meniadakan satu dengan yang lain, tidak mungkin keduanya terkumpul pada seorang hamba bagaikan siang dan malam, gelap dan terang yang tidak mungkin berkumpul dalam satu waktu dan sebagiannya akan meniadakan sebagian yang lain. Allah ta’ala berfirman,
“Dan sungguh telah kami wahyukan kepada kamu wahai Muhammad, dan kepada Nabi-Nabi sebelum kamu, jika engkau berbuat syirik, sungguh akan hapuslah seluruh amalanmu, dan sungguh kamu akan benar-benar menjadi orang-orang yang merugi” (QS. Az Zummar: 65)
Andaikata Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam berbuat syirik kepada Allah, maka seluruh amalan ibadah yang beliau kerjakan akan lenyap dan sia-sia. Padahal beliau adalah manusia yang paling mulia lagi dicintai Allah tabbaraka wa ta’ala, maka bagaimanalagi dengan kita?
Setelah kita mengetahui kenyataan bahwa syirik adalah pemupus harapan sebuah amalan untuk bisa dikatakan sebagai ibadah yang bernilai disisi Allah, mari sejenak kita memperhatikan dalil-dalil,yang menunjukkan betapa bid’ah adalah lawan dari ittiba’ (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), dan amalan bid’ah tidak teranggap di sisi Allah sebagai sebuah ibadah. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,
“Barangsiapa beramal dengan amalan yang bukan berasal dari ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR Muslim)
Seorang sahabat mulia, Ibnu Mas’ud Radhiallahu anhu berkata,
“Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), janganlah membuat bid’ah. Karena (sunnah) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.”[Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy ]
Dengan memperhatikan dalil dan perkataan sahabat di atas, sudah cukup bagi kita untuk memahami, betapa sebuah amalan akan sia-sia dan tidak bernilai di sisi Allah ta’ala jika seseorang tidak mengikuti petunjuk Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

No comments:

Post a Comment